OpenStreetMap logo OpenStreetMap

tukangsampat's Diary

Recent diary entries

Sebagai seorang mapper paruh waktu yang paham dengan permainan di dunia OpenStreetMap (ingatkah anda dengan tulisan mimin pada 2018 yang mengritik praktik pembuatan peta ala Humanitarian OpenStreetMap Indonesia (HOT OSM Indonesia)?) dan menekuni dunia dokumentasi sejarah bangunan dan arsitektur melalui blog Setiap Gedung Punya Cerita (SGPC), mimin memandang bahwa dengan fitur yang tersedia, kita bisa memadukan keterbukaan OpenStreetMap dengan informasi yang didapatkan dalam pembuatan blog SGPC.

Jadi bagaimana caranya? Sederhana kalau implementasinya dari sudut pandang SGPC; tidak kalau implementasi di OpenStreetMap.

Pemanfaatan peta OSM di SGPC

Mimin membuat Setiap Gedung Punya Cerita karena banyak faktor, antara lain tidak tereksploitasinya dokumen sejarah dalam bentuk publikasi buku dan majalah sebagai referensi sejarah sebuah bangunan/obyek arsitektur serta memecah dominasi bangunan era Belanda dalam diskursus sejarah perkembangan perkotaan di Indonesia.

Blog ini sudah berjalan sejak 2018, dimana dalam tahap ini sudah ada kurang lebih 800 bangunan yang sejarahnya telah dikompilasi dan dicatat oleh blog ini. Inilah blog single fighter yang sesungguhnya, karena jarang masyarakat kita yang tertarik membuat kontennya sendiri.

Kembali ke topik pembicaraan, pemanfaatan peta OSM di SGPC dibantu dan dimudahkan oleh plugin bernama Leaflet. Leaflet menggunakan peta OSM untuk sumber lokasi datanya. Walau ada kelemahan yaitu orang tidak bisa mencari arah jalan di negara yang sudah kadung dibiasakan dengan peta proprietary semacam Google, setidaknya ini membantu masyarakat dalam mencari lokasi sebuah bangunan, selain melalui cara lama yaitu alamat.

See full entry

Saya rasa lima tahun saya tidak menulis diari atau tulisan di OpenStreetMap. Sejak tiga tahun belakangan saya lebih banyak menulis artikel di blog mengenai bangunan bernama Setiap Gedung Punya Cerita. Blog ini benar-benar menarik bagi anda pecinta sejarah arsitektur, jadi cobalah untuk mengunjunginya, semoga menjawab penasaran anda mengenai bangunan tinggi dan juga gedung-gedung menarik, atau biasa saja, atau membawa memori masa lalu anda. Blog SGPC ini juga menggunakan tagging peta OpenStreetMap karena OSM itu lisensinya terbuka dan fleksibel dibanding peta-peta populer seperti Google Maps (pelit amat lu paman Google).

Oke, tulisan ini mengajak “anak rebah”, “anak meme” dan masyarakat umum untuk berkontribusi lewat OpenStreetMap. Bagaimana caranya? Penulis rasa sederhana sekali ya, cuma entah bagaimana, orang-orang pada pakai Google Maps dimana aturan hak ciptanya bikin nyebelin pengguna lain (dengan anda memasang tag di peta, berarti ilmu geografi anda sendiri digadaikan ke Google, bukan ke sembarang orang).

Gimana caranya ya?

Kalau anda pakai komputer PC atau laptop, ini caranya:

See full entry

Location: Ujung Hyang, Ujung, Kecamatan Karangasem, Karangasem, Bali, Nusa Tenggara, 80311, Indonesia

#PDCSurabaya Destroyed Surabaya (and clarification below)

Posted by tukangsampat on 8 January 2017 in English. Last updated on 10 January 2017.

= Update: See the comment section for clarification from HOT OSM Indonesia. Thanks bro/sist, they’re do what I thinking about during writing of this rant =

My first entry is full of rants and criticism to HOT OSM Indonesia team, the people behind #PDCSurabaya event, who allowed their participant to corrupt and demolished much of Surabaya’s data integrity on OpenStreetMap.

Despite all of “hard work” they made, I have discovered that before I partially fixed them (Gedung Keuangan Negara, schools and post office in Central Surabaya, name a few), many of already-good map data in Surabaya on OSM was lost or mangled. Building polygon ‘merged’ into area polygon as part of relations, and relations have much non-standard basic entries (address, school ownership and others, but I appreciate data additions about buildings although it is inaccurate), making it very difficult to simplify for better rendering on much-universal OSM data-based applications. Also, all third- (kodya), fourth- (kecamatan) and fifth-level (kelurahan) administrative borders are wiped (addition: not just wiping, they REALLY corrupted them. Querying locations around the Surabaya returned with empty Enclosing Features, and showing maxlat uncaught exception error on browser’s inspect tool. This is never happened outside Surabaya where administrative borders are preserved). Polygon quality are mixed, mostly poor.

If HOT OSM wishes to make another PDC on other cities in Indonesia, PLEASE RESPECT OLD DATA BEFORE EDITING! It is a valuable basis and example to be copied for the project, not egoistically wiped them for your mangled data, which for me, needs more clarity. Government or individuals must openly provide data to them, to ease their work, especially on administrative border. If you want good example, see what I mostly have done in Denpasar and Amlapura (my hometown). Unfortunately I have no time to do mapping recently due to my own real-life issues.

See full entry

Location: RW 02, Krembangan Selatan, Krembangan, Surabaya, East Java, Java, Indonesia