Memadukan keterbukaan OpenStreetMap dan limpahan data SGPC
Posted by tukangsampat on 21 April 2025 in Indonesian (Bahasa Indonesia).Sebagai seorang mapper paruh waktu yang paham dengan permainan di dunia OpenStreetMap (ingatkah anda dengan tulisan mimin pada 2018 yang mengritik praktik pembuatan peta ala Humanitarian OpenStreetMap Indonesia (HOT OSM Indonesia)?) dan menekuni dunia dokumentasi sejarah bangunan dan arsitektur melalui blog Setiap Gedung Punya Cerita (SGPC), mimin memandang bahwa dengan fitur yang tersedia, kita bisa memadukan keterbukaan OpenStreetMap dengan informasi yang didapatkan dalam pembuatan blog SGPC.
Jadi bagaimana caranya? Sederhana kalau implementasinya dari sudut pandang SGPC; tidak kalau implementasi di OpenStreetMap.
Pemanfaatan peta OSM di SGPC
Mimin membuat Setiap Gedung Punya Cerita karena banyak faktor, antara lain tidak tereksploitasinya dokumen sejarah dalam bentuk publikasi buku dan majalah sebagai referensi sejarah sebuah bangunan/obyek arsitektur serta memecah dominasi bangunan era Belanda dalam diskursus sejarah perkembangan perkotaan di Indonesia.
Blog ini sudah berjalan sejak 2018, dimana dalam tahap ini sudah ada kurang lebih 800 bangunan yang sejarahnya telah dikompilasi dan dicatat oleh blog ini. Inilah blog single fighter yang sesungguhnya, karena jarang masyarakat kita yang tertarik membuat kontennya sendiri.
Kembali ke topik pembicaraan, pemanfaatan peta OSM di SGPC dibantu dan dimudahkan oleh plugin bernama Leaflet. Leaflet menggunakan peta OSM untuk sumber lokasi datanya. Walau ada kelemahan yaitu orang tidak bisa mencari arah jalan di negara yang sudah kadung dibiasakan dengan peta proprietary semacam Google, setidaknya ini membantu masyarakat dalam mencari lokasi sebuah bangunan, selain melalui cara lama yaitu alamat.